Kenapa Harus Bukayo Saka? Roy Keane Mengkritik Beberapa Pemain Senior Inggris

Budi Santoso
Senin, 12 Juli 2021 14:35:49


[caption id="attachment_228356" align="alignleft" width="1080"]
Bukayo Saka dihibur oleh rekan-rekannya usai gagal menuntaskan tugasnya di babak adu pinalti.(instagram/@england)[/caption]
MURIANEWS, London- Kekalahan Inggris dari Italia, di Final Euro 2020 masih terus menjadi pembicaraan. Munculnya Bukayo Saka sebagai penendang menentukan, menjadi salah satu topik perbincangan.
Mantan Pemain Tim Nasional Irlandia Roy Keane menyayangkan, munculnya seorang Bukayo Saka berada di posisi penendang krusial, saat itu. Sementara di Tim Inggris sebenarnya ada beberapa pemain senior yang lebih layak mengambil tanggung jawab.
Keane dengan mencolok, menyindir dua pemain senior Inggris, Raheem Sterling dan Jack Grealish yang memilih menonton seorang pemain berusia 19 tahun maju sebagai penendang pinalti. Hal itu menunjukan mereka tidak bisa memberi contoh yang bagus sebagai senior.
Buyako Saka, pemain berusia 19 tahun itu gagal dalam tendangan penalti terakhir yang penting untuk Three Lions. Setelah Marcus Rashford dan Jadon Sancho gagal, dan keberhasilan Pickford menghadang tendangan pemain Italia, maka Sako harus menceploskan gol untuk meneruskan harapan Inggris.
Namun beban berat tampak mengganyuti bocah ini. Dari sorot matanya, Saka tampak benar-benar terbebani, sampai akhirnya tendangannya berhasil diblok oleh Donaruma.
Roy Keane menyatakan bersimpati pada bintang muda di Arsenal itu. Selanjutnya bersikeras bahwa seharusnya ada pemain lain yang lebih senior di Tim Inggris berada di posisi Saka saat itu.
“Jika anda adalah [Jack] Grealish atau [Raheem] Sterling, seharusnya anda membiarkan anak muda itu yang melangkah di depan anda untuk mengambil tendangan pinalti penting itu,” ujar Roy Keane.
“Anda tidak bisa duduk di sana dan berkata,’Saya melihat seorang anak berusia 19 tahun berjalan di depan saya, ketika saya telah memainkan lebih banyak pertandingan, lebih banyak pengalaman…” dan Sterling yang telah memenangkan trofi,” sergahnya lagi.
Dalam hal ini, Keane juga menyatakan dirinya tidak mengatakan bahwa Saka tidak siap untuk melakukan tendangan. Namun pemain ini lebih muda enam atau tujuh tahun dari Grealish dan Sterling.
Sehingga saat Sterling dan Grealish memilih untuk duduk melihat, tetaplah sebuah keputusan yang sulit diterima. Seharusnya mereka berada di depan pemain muda itu untuk mengambil alih tugas.
Sementara itu mantan bek kanan Inggris Gary Neville mempercayai bahwa pemilihan penembak pinalti itu sudah didasarakan pada hasil latihan. Bukan dipilih secara sukarela, dengan siapa yang mengajukan diri.
“Ketika kami melihat Saka berjalan, kami mungkin berharap melihat Grealish atau Sterling naik terlebih dahulu sebelum dia. Tapi Grealish belum mengambil satupun pinalti dalam dua musim. Jadi jelas ada yang salah dengan pengambilan penaltinya. Dan Gareth akan melihat itu, untuk kemudian membawa anak laki-laki yang paling mungkin mencetak gol dalam pikirannya,” ujar Neville.
Mantan striker Inggris Ian Wright juga mendukung pendapat Neville. Masuknya Rashford dan Sancho ke permainan memang dimaksudkan untuk tujuan sebagai penendang pinalti.
"Saya yakin mereka berbicara sebelumnya dan para pemain ini pasti sudah tahu bahwa mereka mengambilnya. Itulah mengapa Rashford dan Sancho akhirnya masuk ke lapangan,” ujar Ian Wright.
Penulis: Budi erje
Editor: Budi erje
Sumber: Daily Mail

MURIANEWS, London- Kekalahan Inggris dari Italia, di Final Euro 2020 masih terus menjadi pembicaraan. Munculnya Bukayo Saka sebagai penendang menentukan, menjadi salah satu topik perbincangan.
Mantan Pemain Tim Nasional Irlandia Roy Keane menyayangkan, munculnya seorang Bukayo Saka berada di posisi penendang krusial, saat itu. Sementara di Tim Inggris sebenarnya ada beberapa pemain senior yang lebih layak mengambil tanggung jawab.
Keane dengan mencolok, menyindir dua pemain senior Inggris, Raheem Sterling dan Jack Grealish yang memilih menonton seorang pemain berusia 19 tahun maju sebagai penendang pinalti. Hal itu menunjukan mereka tidak bisa memberi contoh yang bagus sebagai senior.
Buyako Saka, pemain berusia 19 tahun itu gagal dalam tendangan penalti terakhir yang penting untuk Three Lions. Setelah Marcus Rashford dan Jadon Sancho gagal, dan keberhasilan Pickford menghadang tendangan pemain Italia, maka Sako harus menceploskan gol untuk meneruskan harapan Inggris.
Namun beban berat tampak mengganyuti bocah ini. Dari sorot matanya, Saka tampak benar-benar terbebani, sampai akhirnya tendangannya berhasil diblok oleh Donaruma.
Roy Keane menyatakan bersimpati pada bintang muda di Arsenal itu. Selanjutnya bersikeras bahwa seharusnya ada pemain lain yang lebih senior di Tim Inggris berada di posisi Saka saat itu.
“Jika anda adalah [Jack] Grealish atau [Raheem] Sterling, seharusnya anda membiarkan anak muda itu yang melangkah di depan anda untuk mengambil tendangan pinalti penting itu,” ujar Roy Keane.
“Anda tidak bisa duduk di sana dan berkata,’Saya melihat seorang anak berusia 19 tahun berjalan di depan saya, ketika saya telah memainkan lebih banyak pertandingan, lebih banyak pengalaman…” dan Sterling yang telah memenangkan trofi,” sergahnya lagi.
Dalam hal ini, Keane juga menyatakan dirinya tidak mengatakan bahwa Saka tidak siap untuk melakukan tendangan. Namun pemain ini lebih muda enam atau tujuh tahun dari Grealish dan Sterling.
Sehingga saat Sterling dan Grealish memilih untuk duduk melihat, tetaplah sebuah keputusan yang sulit diterima. Seharusnya mereka berada di depan pemain muda itu untuk mengambil alih tugas.
Sementara itu mantan bek kanan Inggris Gary Neville mempercayai bahwa pemilihan penembak pinalti itu sudah didasarakan pada hasil latihan. Bukan dipilih secara sukarela, dengan siapa yang mengajukan diri.
“Ketika kami melihat Saka berjalan, kami mungkin berharap melihat Grealish atau Sterling naik terlebih dahulu sebelum dia. Tapi Grealish belum mengambil satupun pinalti dalam dua musim. Jadi jelas ada yang salah dengan pengambilan penaltinya. Dan Gareth akan melihat itu, untuk kemudian membawa anak laki-laki yang paling mungkin mencetak gol dalam pikirannya,” ujar Neville.
Mantan striker Inggris Ian Wright juga mendukung pendapat Neville. Masuknya Rashford dan Sancho ke permainan memang dimaksudkan untuk tujuan sebagai penendang pinalti.
"Saya yakin mereka berbicara sebelumnya dan para pemain ini pasti sudah tahu bahwa mereka mengambilnya. Itulah mengapa Rashford dan Sancho akhirnya masuk ke lapangan,” ujar Ian Wright.
Penulis: Budi erje
Editor: Budi erje
Sumber: Daily Mail