Kekerasan di Kamerun, Mengancam Keberlangsungan Piala Afrika 2022
Budi Santoso
Jumat, 24 Desember 2021 17:55:36
MURIANEWS, London- Meningkatnya kekerasan di Kamerun dikuatirkan mengancam keselamatan bintang-bintang Liga Utama Inggris ketika Piala Afrika 2021 digelar. Rencananya turnamen ini akan digelar 9 Januari 2022.
Piala Afrika direncanakan akan melibatkan 24 tim dari seluruh benua Afrika. Namun meningkatnua kekerasan karena adanya konflik di Negara Kamerun selaku tuan rumah, memunculkan wacana penundaan.
Dalam turnamen ini, setidaknya aka nada lebih dari 40 pemain dari klub-klub papan atas Liga Inggris. Diantaranya Thomas Partey, Nicolas Pepe dan Mohamed Elneny (Arsenal), Trezeguet (Aston Villa), Edouard Mendy (Chelsea), Wilfried Zaha (Cristal Palace) dan Riyad Mahrez (Manchester City). Lalu juga dan trio Liverpool Mohamed Salah, Sadio Mane, Naby Keita.
Terlepas dari ketakutan yang berkembang bahwa tim dan turnamen dapat menjadi sasaran dalam konflik yang semakin sengit dan keras, tidak ada tanda-tanda bahwa acara tersebut akan ditunda atau bahkan rencana diubah untuk mengurangi risiko.
Sebagian besar diskusi seputar turnamen berfokus pada tanggal rilis pemain elit Eropa dan risiko tertular Covid. Minggu ini, Presiden Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) Patrice Motsepe bertemu dengan Presiden Kamerun Paul Biya dan bersikeras bahwa turnamen itu akan berjalan sesuai rencana.
Namun, beberapa organisasi hak asasi manusia disebutkan media-media Inggris, menyatakan yakin ada risiko nyata bagi pemain dan staf tim yang terlibat. Mereka menyarankan agar turnamen ditunda, atau paling tidak pertandingan dipindahkan.
BACA JUGA: Pastikan Piala Afrika, Presiden CAF Akan Datang ke Kamerun Bersama KeluargaWilayah Barat Daya Kamerun, yang akan menjadi venue pertandingan dianggap paling berbahaya. Kekerasan pertama kali berkobar empat tahun lalu antara kelompok separatis di wilayah barat Kamerun, yang dikenal sebagai 'zona anglophone'.
Konflik telah meningkat secara dramatis tahun ini dan aktivis hak asasi manusia mengatakan ada 80 bom yang diledakkan di wilayah anglophone sejak Januari. Selain itu ada banyak kematian, termasuk polisi, tentara, warga sipil dan seorang gadis berusia lima tahun.Sebagian besar wilayah barat daya Kamerun sekarang bahkan telah menerapkan permberlakuan jam malam. Bahkan maskot turnamen, Mola si singa, juga harus mengenakan rompi antipeluru di atas strip Kamerunnya mensosialisasikan turnamen ini di wilayah konflik minggu lalu.Mola, yang merupakan nama ramah, yang berarti teman, orang tua atau paman, juga dikawal oleh satu detasemen pasukan bersenjata lengkap. Hal ini semakin menimbulkan keyakinan dari media-media di Eropa bahwa turnamen ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut."Sekarang ada seruan yang meningkat untuk menunda kompetisi AFCON sampai pihak-pihak yang bertikai menyerukan gencatan senjata dan memasuki negosiasi damai," kata Rebecca Tinsley, seorang peneliti hak asasi manusia dan anggota Kampanye Global untuk Perdamaian dan Keadilan di Kamerun, dikutip Daily Mail.“Kami mengatakan untuk menunda turnamen, karena semua ancaman ini dapat dihilangkan jika pemerintah hanya mengatakan, 'ya, kami akan melakukan pembicaraan damai',” ujar Rebecca Tinsley.Asosiasi Klub Eropa telah menulis surat kepada CAF (Konfederasi Sepakbola Afrika), tentang risiko Covid-19 dan mengancam tidak akan melepas pemain mereka. Namun, mereka yang memiliki pengetahuan tentang negara tersebut menyarankan konflik dan kekerasan menjadi perhatian yang jauh lebih besar.Selain itu, ancaman telah muncul secara luas secara online, memperingatkan pihak berwenang Kamerun untuk tidak memainkan pertandingan di bagian barat negara itu. Selain itu, kelompok separatis juga memperingatkan agar pemain tidak datang.Penulis: Budi erjeEditor: Budi erjeSumber:
Daily Mail
[caption id="attachment_260537" align="alignleft" width="1871"]

Kekerasan di Kamerun menjadi ancaman pelaksanaan Piala Afrika 2022. (grafis/Murianews.com)[/caption]
MURIANEWS, London- Meningkatnya kekerasan di Kamerun dikuatirkan mengancam keselamatan bintang-bintang Liga Utama Inggris ketika Piala Afrika 2021 digelar. Rencananya turnamen ini akan digelar 9 Januari 2022.
Piala Afrika direncanakan akan melibatkan 24 tim dari seluruh benua Afrika. Namun meningkatnua kekerasan karena adanya konflik di Negara Kamerun selaku tuan rumah, memunculkan wacana penundaan.
Dalam turnamen ini, setidaknya aka nada lebih dari 40 pemain dari klub-klub papan atas Liga Inggris. Diantaranya Thomas Partey, Nicolas Pepe dan Mohamed Elneny (Arsenal), Trezeguet (Aston Villa), Edouard Mendy (Chelsea), Wilfried Zaha (Cristal Palace) dan Riyad Mahrez (Manchester City). Lalu juga dan trio Liverpool Mohamed Salah, Sadio Mane, Naby Keita.
Terlepas dari ketakutan yang berkembang bahwa tim dan turnamen dapat menjadi sasaran dalam konflik yang semakin sengit dan keras, tidak ada tanda-tanda bahwa acara tersebut akan ditunda atau bahkan rencana diubah untuk mengurangi risiko.
Sebagian besar diskusi seputar turnamen berfokus pada tanggal rilis pemain elit Eropa dan risiko tertular Covid. Minggu ini, Presiden Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) Patrice Motsepe bertemu dengan Presiden Kamerun Paul Biya dan bersikeras bahwa turnamen itu akan berjalan sesuai rencana.
Namun, beberapa organisasi hak asasi manusia disebutkan media-media Inggris, menyatakan yakin ada risiko nyata bagi pemain dan staf tim yang terlibat. Mereka menyarankan agar turnamen ditunda, atau paling tidak pertandingan dipindahkan.
BACA JUGA: Pastikan Piala Afrika, Presiden CAF Akan Datang ke Kamerun Bersama Keluarga
Wilayah Barat Daya Kamerun, yang akan menjadi venue pertandingan dianggap paling berbahaya. Kekerasan pertama kali berkobar empat tahun lalu antara kelompok separatis di wilayah barat Kamerun, yang dikenal sebagai 'zona anglophone'.
Konflik telah meningkat secara dramatis tahun ini dan aktivis hak asasi manusia mengatakan ada 80 bom yang diledakkan di wilayah anglophone sejak Januari. Selain itu ada banyak kematian, termasuk polisi, tentara, warga sipil dan seorang gadis berusia lima tahun.
Sebagian besar wilayah barat daya Kamerun sekarang bahkan telah menerapkan permberlakuan jam malam. Bahkan maskot turnamen, Mola si singa, juga harus mengenakan rompi antipeluru di atas strip Kamerunnya mensosialisasikan turnamen ini di wilayah konflik minggu lalu.
Mola, yang merupakan nama ramah, yang berarti teman, orang tua atau paman, juga dikawal oleh satu detasemen pasukan bersenjata lengkap. Hal ini semakin menimbulkan keyakinan dari media-media di Eropa bahwa turnamen ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
"Sekarang ada seruan yang meningkat untuk menunda kompetisi AFCON sampai pihak-pihak yang bertikai menyerukan gencatan senjata dan memasuki negosiasi damai," kata Rebecca Tinsley, seorang peneliti hak asasi manusia dan anggota Kampanye Global untuk Perdamaian dan Keadilan di Kamerun, dikutip Daily Mail.
“Kami mengatakan untuk menunda turnamen, karena semua ancaman ini dapat dihilangkan jika pemerintah hanya mengatakan, 'ya, kami akan melakukan pembicaraan damai',” ujar Rebecca Tinsley.
Asosiasi Klub Eropa telah menulis surat kepada CAF (Konfederasi Sepakbola Afrika), tentang risiko Covid-19 dan mengancam tidak akan melepas pemain mereka. Namun, mereka yang memiliki pengetahuan tentang negara tersebut menyarankan konflik dan kekerasan menjadi perhatian yang jauh lebih besar.
Selain itu, ancaman telah muncul secara luas secara online, memperingatkan pihak berwenang Kamerun untuk tidak memainkan pertandingan di bagian barat negara itu. Selain itu, kelompok separatis juga memperingatkan agar pemain tidak datang.
Penulis: Budi erje
Editor: Budi erje
Sumber:
Daily Mail