Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, London- Konflik di negara Afrika Tengah, Kamerun, sebagian besar tersembunyi dari perhatian dunia internasional. Negara yang akan menjadi tuan rumah Piala Afrika ini, harus ‘menangung beban’.

Dari sudut kepetingan global, ini bukan perselisihan yang signifikan secara geopolitik. Namun, bagi jutaan orang yang hidupnya dirusak, dihancurkan, atau diakhiri oleh kekerasan, konflik di Kamerun jelas terasa sangat menentukan.

Sekarang, ketika sepak bola internasional mengarahkan perhatian ke Kamerun, dengan akan digelarnya Piala Afrika, konflik ini akhirnya mulai mendapatkan perhatian luas. Konflik kekerasan yang terjadi dianggap sesuatu hal yang serius.

Konflik ini mulai muncul di Kamerun pada tahun 2016, ketika daerah di Kamerun yang masyarakatnya berbahasa Inggris (anglophone) merasa mereka terpinggirkan, oleh mayoritas warga yang berbahasa Prancis (francophone).

Wilayah anglophone berada di Barat Daya dan Barat Laut wilayah Kamerun. Wilayah ini oleh kelompok separatis disebut dengan Ambazonia. Jumlah penduduknya sekitar seperlima dari 20 juta penduduk Kamerun.

BACA JUGA: Kekerasan di Kamerun, Mengancam Keberlangsungan Piala Afrika 2022

Mereka merasa pemerintah Kamerun di bawah Presiden Paul Biya, yang memerintah sejak 1982, berusaha menghancurkan pendidikan tradisional dan sistem hukum mereka. Mereka mendasarkan pada tradisi Inggris dan hukum umum.

Pada tahun 2016, pengacara dan guru memprotes secara damai, tetapi pemerintah yang keras menghancurkan perbedaan pendapat mereka. Sekarang, ada beberapa kelompok bersenjata yang mengklaim mewakili bagian barat Kamerun.Selama empat tahun konflik telah meningkat kekerasan. Kini tidak hanya tentara dan polisi yang menjadi target para milisi. Namun juga juga warga sipil yang tidak mendukung mereka.Salah satu langkahnya adalah menuntut sekolah tetap ditutup untuk menciptakan pengaruh pada pemerintah francophone. Pendidikan adalah jantung dari konflik.Akibatnya, sebagian besar sekolah telah ditutup selama bertahun-tahun dan 700.000 anak di Kamerun telah kehilangan pendidikan. Bahkan dikabarkan para siswa dan guru telah dianiaya, dimutilasi, dan dibunuh secara mengerikan.Pemerintah Kamerun diduga juga telah melakukan kekejaman dan pelanggaran, ketika mengirim ribuan tentara ke barat. Namun upaya ini gagal menghentikan sparatis dan gagal mendapatkan kepercayaan masyarakat.Dampaknya, sekitar 700.000 orang warga Kamerun telah melarikan diri dari sudut Afrika ini. Meninggalkan tanah airnya yang pada 9 Januari 2022 akan menggelar Piala Afrika, turnamen akbar bagi negara-negara di benua Afrika.Penulis: Budi erjeEditor: Budi erjeSumber: Daily Mail

Baca Juga

Komentar

Terpopuler