Kamis, 20 November 2025

MURIANEWS, London- Catatan kematian di proyek persiapan Piala Dunia 2022 berbeda-beda. Namun, fakta bahwa banyak pekerja yang meninggal di proyek persiapan Piala Dunia 2022 Qatar tidak tidak dapat disangkal.


Daily Mail, Inggris,  menurunkan laporannya dari beberapa data yang mereka dapatkan mengenai hali ini. Menurut mereka, negara asal pekerja dalam hal ini juga menyimpan dan mempublikasikan catatan mereka yang tewas saat bekerja di luar negeri.

Sayangnya, Qatar dinilai gagal menyampaikan laporannya secara lengkap. Terutama mencakup rincian kematian, seperti di mana seseorang bekerja ketika mereka meninggal, atau rincian dan penyebab kematian mereka.

Pihak keluarga pekerja juga jarang mengetahui di mana orang yang mereka cintai bekerja. Dari hasil investigasi organisasi hak asasi manusia, menyebutkan para pekerja sering dipindahkan dari proyek yang satu ke proyek konstruksi yang lain dari satu minggu ke minggu berikutnya.

Selain itu, pada tujuh dari sepuluh kematian orang Nepal, India, dan Bangladesh, penyebabnya dianggap sebagai kematian yang 'alami'. Dengan kata lain, tidak ada rincian dari hasil post mortem. Para pekerja yang mati dianggap ‘menyelinap’ begitu saja.

BACA JUGA: Persiapan Piala Dunia 2022 Qatar ‘diwarnai’ Banyak Pekerja Mati


Akibatnya, gambaran yang terjadi menjadi ‘buram’. Berapa banyak kematian yang dapat dikaitkan langsung dengan Piala Dunia, berapa banyak kesalahan yang bisa disematkan pada kompetisi, dan penyelenggara, akhirnya bias.

Peneliti Hak Asasi Manusia (HAM) percaya itu adalah proporsi yang signifikan, karena banyak pekerja berada di Qatar diawali dari penunjukan negara itu oleh FIFA.Selain itu, para pekerja juga menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di Qatar. Sehingga muncul sebuah kesimpulan, ada banyak orang sehat yang meninggal begitu saja saat mereka bekerja di sana.

“Mereka meninggalkan negara asal dalam keadaan muda dan sehat, mereka berkomunikasi secara teratur dengan keluarga mereka dan kemudian tiba-tiba keluarga menerima kabar bahwa suami atau anak mereka telah meninggal,” demikian  kata Ghimire, aktifis HAM, dari Nepal, dilansir dari Daily Mail.“Keluarga mengajukan pertanyaan dan mereka diberitahu bahwa putranya meninggal dalam tidurnya, atau kami belum dapat mengidentifikasi penyebab kematiannya, atau itu adalah serangan jantung. Mereka tidak diberi tahu bagaimana putra mereka yang sehat berbicara dengan mereka sehari sebelumnya dan meninggal dalam tidurnya malam itu. Ini tragis,” tambah Ghimire.Selain tidak bisa mendapatkan kepastian hukum atas kematian itu, keluarga pekerja juga kehilangan kompensasi. Ghimire percaya, Pemerintah Qatar dan FIFA seharusnya dapat menyelamatkan situasinya, dengan setidaknya mengakui bencana dan ketidakadilan ini.“Di mana letak beban pembuktiannya? Haruskah jurnalis harus mencari tahu? Organisasi hak asasi manusia? Atau pemerintah yang menjadi tuan rumah Piala Dunia terbuka tentang hal itu? Beban pembuktian ada pada mereka,” tegasnya lagi. Penulis: Budi erjeEditor: Budi erjeSumber: Daily Mail

Baca Juga

Komentar

Terpopuler