dengan Singapura yang sempat meluluhlantakkan Indonesia di babak penyisihan Grup H. Singapura sendiri akhirnya tampil sebagai juara grup, sementara Indonesia harus puas di posisi
.
Menanggapi hal itu, pelatih sekaligus ofisial Indonesia, Koesrin Kartosukarno mengaku bangga. Laga final nanti juga akan jadi ajang balas dendam. Apalagi, saat di fase grup, anak asuhnya tersebut terlihat begitu grogi dan tak bisa mengeluarkan semua kemampuan.
”Bisa jadi (ajang balas dendam). Kita sebelumnya kalah dengan mereka saat di fase grup. Saat itu atlet terlihat begitu gugup dan belum siap. Tapi di final ini berbeda,” katanya.
Sempat gugup saat pertandingan perdana, perlahan Dwi Oktaviany mulai bisa menikmati pertandingan. (MuriaNewsCom/Supriyadi)[/caption]
dan tidak ada yang mengalami cedera. Kepercayaan diri yang sebelumnya hilang juga sudah kembali. Karena itu, ia menarget, kadet putri bisa meraih emas di ajang tahunan tersebut.”Selama ini kita selalu kalah dari negara-negara lain. Tapi kali ini berbeda. Kadet putri punya pemain yang berkompeten. Itu yang membuat saya yakin, Indonesia bisa meraih emas,” ungkapnya.Disinggung terkait evaluasi saat bertanding dengan Thailand, Koesrin mengaku hanya memiliki sedikit catatan. Satu di antaranya adalah berusaha tetap tenang saat tertinggal.”Kejar mengejar angka itu pasti terjadi. Tapi bagaimana atlet tetap tenang itulah kuncinya. Karena itu, siapa yang bisa mengolah emosi jadi semangat itu yang menang,” tegasnya.
Murianews, Naga City – Setelah kadet putra berhasil meraih medali perunggu, giliran kadet putri unjuk gigi. Ini terjadi setelah Siti Aminah dkk berhasil melaju ke final kejuaraan pingpong ASEAN ’’24
th Southeast Asian Junior and Cadet Table Tennis Championship’’ di Robinsons Place Naga, Naga City, Filipina, setelah mengalahkan Thailand 3-2 di Semifinal, Kamis (5/7/2018).
Dengan kemenangan ini, Indonesia akan melakukan
rematch dengan Singapura yang sempat meluluhlantakkan Indonesia di babak penyisihan Grup H. Singapura sendiri akhirnya tampil sebagai juara grup, sementara Indonesia harus puas di posisi
runner up.
Menanggapi hal itu, pelatih sekaligus ofisial Indonesia, Koesrin Kartosukarno mengaku bangga. Laga final nanti juga akan jadi ajang balas dendam. Apalagi, saat di fase grup, anak asuhnya tersebut terlihat begitu grogi dan tak bisa mengeluarkan semua kemampuan.
”Bisa jadi (ajang balas dendam). Kita sebelumnya kalah dengan mereka saat di fase grup. Saat itu atlet terlihat begitu gugup dan belum siap. Tapi di final ini berbeda,” katanya.
[caption id="attachment_144909" align="aligncenter" width="715"]

Sempat gugup saat pertandingan perdana, perlahan Dwi Oktaviany mulai bisa menikmati pertandingan. (MuriaNewsCom/Supriyadi)[/caption]
Selain itu, semua penggawa kadet putri Indonesia juga dalam keadaan
on fire dan tidak ada yang mengalami cedera. Kepercayaan diri yang sebelumnya hilang juga sudah kembali. Karena itu, ia menarget, kadet putri bisa meraih emas di ajang tahunan tersebut.
”Selama ini kita selalu kalah dari negara-negara lain. Tapi kali ini berbeda. Kadet putri punya pemain yang berkompeten. Itu yang membuat saya yakin, Indonesia bisa meraih emas,” ungkapnya.
Disinggung terkait evaluasi saat bertanding dengan Thailand, Koesrin mengaku hanya memiliki sedikit catatan. Satu di antaranya adalah berusaha tetap tenang saat tertinggal.
”Kejar mengejar angka itu pasti terjadi. Tapi bagaimana atlet tetap tenang itulah kuncinya. Karena itu, siapa yang bisa mengolah emosi jadi semangat itu yang menang,” tegasnya.
Editor : Deka Hendratmanto