Sejak di awal pertandingan, tim kadet yang dihuni Hafidh Nur Annafi, Rafanael Nikola Niman, dan Alfin Dicky Pradibta sempat melakukan perlawanan sengit. Hanya saja, dewi fortuna seolah belum berpihak.
Bola-bola panjang dan servis tanggung berhasil dimanfaatkan lawan. Akibatnya mereka bisa mendapat poin tanpa menguras keringat begitu banyak. Hafidh misalnya. Ia harus menyerah 0-2 dari lawannya di set pertama. Begitu juga Rafanael.
Para penggawa yang bermain apik dan menyumbang perunggu di Manila itu terlihat tak berdaya. Baik
ataupun teknik yang dikeluarkan terlihat begitu berbeda.
Rafanael Nikola Niman (merah) berusaha mendapat poin saat bermain dengan tim Hongkong. (MuriaNewsCom/Supriyadi)[/caption]
Agus Fredi Pramono, pelatih putra Indonesia mengatakan, para pemain Hongkong memang memiliki kemampuan di atas Indonesia. Apalagi, jika dilihat dari unggulannya, Hongkong termasuk tim yang masuk delapan besar.”Kalau dilihat,
mereka (pemain Hongkong) jauh di atas kita. Tapi anak-anak sudah bermain maksimal. Tiap setnya selisih angka yang didapat juga tak begitu banyak,” katanya.Untuk itu, ia berharap para pemain bisa memaksimalkan pertandingan yang tersisa. Terlebih lagi Tim Kadet Indonesia saat ini berada di grup neraka bersama Jepang dan Vietnam.”Jepang itu juga masuk unggulan. Tapi kesempatan masih ada. Kalau bisa lolos di grup b ini, kita masih bisa berharap ke babak delapan besar,” tegasnya.
Murianews, Nay Phi Taw – Timnas Pingpong Indonesia kadet putra dipaksa menelan pil pahit di pertandingan pertamanya dalam kejuaraan pingpong Asia ”24 th Asian Junior and Cadet Table Tennis Championship 2018”, di Wunna Theikdi Indoor Stadium, Nay Pyi Taw, Myanmar, Senin (13/8/2018). Tim Merah Putih dibuat tak berdaya saat menghadapi tim unggulan dengan skor telak 3-0.
Sejak di awal pertandingan, tim kadet yang dihuni Hafidh Nur Annafi, Rafanael Nikola Niman, dan Alfin Dicky Pradibta sempat melakukan perlawanan sengit. Hanya saja, dewi fortuna seolah belum berpihak.
Bola-bola panjang dan servis tanggung berhasil dimanfaatkan lawan. Akibatnya mereka bisa mendapat poin tanpa menguras keringat begitu banyak. Hafidh misalnya. Ia harus menyerah 0-2 dari lawannya di set pertama. Begitu juga Rafanael.
Para penggawa yang bermain apik dan menyumbang perunggu di Manila itu terlihat tak berdaya. Baik
skill ataupun teknik yang dikeluarkan terlihat begitu berbeda.
[caption id="attachment_146978" align="alignnone" width="715"]

Rafanael Nikola Niman (merah) berusaha mendapat poin saat bermain dengan tim Hongkong. (MuriaNewsCom/Supriyadi)[/caption]
Agus Fredi Pramono, pelatih putra Indonesia mengatakan, para pemain Hongkong memang memiliki kemampuan di atas Indonesia. Apalagi, jika dilihat dari unggulannya, Hongkong termasuk tim yang masuk delapan besar.
”Kalau dilihat,
skill mereka (pemain Hongkong) jauh di atas kita. Tapi anak-anak sudah bermain maksimal. Tiap setnya selisih angka yang didapat juga tak begitu banyak,” katanya.
Untuk itu, ia berharap para pemain bisa memaksimalkan pertandingan yang tersisa. Terlebih lagi Tim Kadet Indonesia saat ini berada di grup neraka bersama Jepang dan Vietnam.
”Jepang itu juga masuk unggulan. Tapi kesempatan masih ada. Kalau bisa lolos di grup b ini, kita masih bisa berharap ke babak delapan besar,” tegasnya.
Redaktur : Deka Hendratmanto