Rabu, 19 November 2025


Sejumlah klub mulai terkenal, seperti Jayakarta, Pardedetex, Arseto, Niac Mitra, Indonesia Muda, Warna Agung, Perkesa’78, dan Tunas Inti. Selanjutnya dalam perkembangannya, muncul klub baru seperti Krama Yudha Tiga Berlian, Yanita Utama, Mercu Buana. Sampai pada suatu titik juga muncul nama Gajah Mungkur Muriatama.

Pasang surut kompetisi juga terjadi di sepanjang sejarah kompetisi ini. Satu hal yang saat itu menjadi sebuah tantangan besar adalah, minat penonton terhadap kompetisi ini. Kompetisi perserikatan yang sudah mandarah daging, telah menancapkan kecintaan luar biasa bagi para pendukung tim-tim perserikatan yang ada.

Para pecinta sepak bola di tanah air justru lebih suka memberikan dukungan bagi tim-tim perserikatan yang bertanding. Padahal Galatama sebagai industri sepak bola membutuhkan ”nutrisi” dari datangnya para penonton.

Pada saat itu, PSSI memang menggulirkan kompetisi perserikatan dan Galatama berjalan berdampingan. Namun dari sisi penonton, kompetisi perserikatan yang diikuti tim-tim dengan sejarah panjang, lebih banyak ”dibanjiri” penonton.



Tim-tim seperti Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, PSMS Medan, PSM Makassar, memiliki basis pendukung yang luar biasa. Sedangkan tim-tim di Galatama seperti tidak mendapatkan kegairahan dalam berkompetisi.

PSSI beberapa kali mencoba melakukan penyesuaian dan evaluasi terhadap masalah-masalah ini. Galatama dengan segala permasalahannya tetap digulirkan hingga musim kompetisi 1993-1994. Sampai kemudian PSSI mengambil kebijakan untuk menggabungkan dua kompetisi yang ada.

Sejak musim kompetisi 1994-1995 akhirnya PSSI memulai era baru dengan membentuk Liga Indonesia. Galatama dan Perserikatan dilebur jadi satu menjadi Liga Indonesia. Konsekuensinya klub peserta menjadi banyak, sehingga PSSI membagi dalam dua grup: wilayah barat dan wilayah timur.

Liga Indonesia inilah yang hingga hari ini menjadi kompetisi sepak bola di Indonesia. Dalam perjalanannya, Liga Indonesia mengalami berbagai perubahan dan penyesuaian.Sampai pada akhirnya PSSI mewajibkan semua klub yang berlaga di Liga Indonesia, khususnya di level 1 dan 2 harus berbentuk klub profesional. Hal ini membuat sejumlah klub besar di perserikatan berubah bentuk menjadi badan hukum.Terakhir, Liga Indonesia saat ini memiliki tiga strata. Masing-masing  Liga 1 sebagai elit kompetisi dan Liga 2 di level bawahnya. Satu level lainnya adalah Liga 3, yang memiliki dua fase kompetisi, Liga 3 tingkat regional dan Liga 3 Nasional. (Bersambung: Mengenal Kembali Sejarah Galatama (3/3))Sebelumnya: Mengenal Kembali Sejarah Galatama (1/3) Tim Liputan KhususDiolah dari berbagai sumber 

Baca Juga

Komentar

Terpopuler