Gajah Mungkur Muriatama dan Kiprahnya di Galatama (1/4)
Tim Liputan Khusus
Selasa, 1 November 2022 18:00:53
’’Saat itu, Sukun memiliki PS Sukun. Sementara, Pak Sumaryoto (pemilik PO Gajah Mungkur, red) memiliki PS Gajah Mungkur,’’ kenang Ratmoko, mantan kiper Gajah Mungkur Muriatama.
Selanjutnya, kedua pihak sepakat membentuk klub sepak bola yang didaftarkan ke kompetisi Galatama tahun 1989 dengan menggabungkan PS Sukun dan PS Gajah Mungkur. Klub hasil merger itu diberi nama Gajah Mungkur Muriatama.
”Saya ingat dulu waktu dikumpulkan, bos saya bilang kalau kami akan ikut kompetisi Galatama dan Sukun akan menjadi sponsor tunggalnya. Semua sangat bersemangat karena Galatama itu kompetisi bergengsi Indonesia pada waktu itu,” ucap Sutamto, eks-striker Gajah Mungkur Muriatama.
Para pemain klub ini berasal dari PS Sukun dan PS Gajah Mungkur ditambah beberapa pemain dari luar. Semua pemain diseleksi, baik pemain PS Gajah Mungkur maupun PS Sukun.
”Semua mendapat perlakuan yang sama,” sambung pemain Tim Nasional era 1994 itu.

Di musim perdananya tahun 1990, Gajah Mungkur Muriatama bermain di Divisi I Galatama. Saat itu kompetisi Galatama dibagi dalam dua level yakni Divisi I dan Divisi Utama. Divisi I Galatama saat itu hanya dihuni delapan tim, di antaranya Bentoel Galatama (Jember), Gelora Dewata 89 (Denpasar), Putra Mahakam (Samarinda), Bogor Jaya (Bogor), Aceh Putra Galatama (Lhokseumawe), Assyabaab (Surabaya), dan Gajah Mungkur Muriatama (Kudus).
Saat itu, Gajah Mungkur Muriatama memakai Stadion Wergu Wetan Kudus sebagai kandang. Karena dua lapangan di Wonogiri yang biasa digunakan pemain PS Gajah Mungkur berlatih dinilai tidak memenuhi kelayakan untuk mengikuti kompetisi.’’Saat itu Wonogiri belum memiliki stadion sepak bola. Sukun kemudian mengajukan sewa kelola lapangan Wergu Wetan selama 25 tahun,’’ kata Hasbullah, mantan bek Gajah Mungkur Muriatama.Untuk keperluan mengikuti kompetisi, lanjut Hasbullah, Sukun kemudian membangun tribun penonton di sisi timur dan barat lapangan serta pagar dinding sekeliling lapangan. Selain itu juga dibangun ruangan untuk mess pemain di bawah tribun barat. Bantuan Sukun tersebut kemudian dikompensasikan dalam bentuk sewa kelola Stadion Wergu Wetan selama 25 tahun. (Bersambung: )
Tim Liputan Khusus https://www.youtube.com/watch?v=EUpKUwFRd_k
Murianews, Kudus – Generasi saat ini di Kudus, mungkin hanya mengenal Persiku Kudus sebagai kesebelasan kebanggaan mereka. Tak banyak yang mengetahui, jika pernah ada kesebelasan lain di Kudus. Klub itu adalah Gajah Mungkur Muriatama, hasil kerja sama antara PR Sukun (sekarang PT Sukun Wartono Indonesia) Kudus dan PO Gajah Mungkur, Wonogiri.
’’Saat itu, Sukun memiliki PS Sukun. Sementara, Pak Sumaryoto (pemilik PO Gajah Mungkur, red) memiliki PS Gajah Mungkur,’’ kenang Ratmoko, mantan kiper Gajah Mungkur Muriatama.
Selanjutnya, kedua pihak sepakat membentuk klub sepak bola yang didaftarkan ke kompetisi Galatama tahun 1989 dengan menggabungkan PS Sukun dan PS Gajah Mungkur. Klub hasil merger itu diberi nama Gajah Mungkur Muriatama.
”Saya ingat dulu waktu dikumpulkan, bos saya bilang kalau kami akan ikut kompetisi Galatama dan Sukun akan menjadi sponsor tunggalnya. Semua sangat bersemangat karena Galatama itu kompetisi bergengsi Indonesia pada waktu itu,” ucap Sutamto, eks-striker Gajah Mungkur Muriatama.
Para pemain klub ini berasal dari PS Sukun dan PS Gajah Mungkur ditambah beberapa pemain dari luar. Semua pemain diseleksi, baik pemain PS Gajah Mungkur maupun PS Sukun.
”Semua mendapat perlakuan yang sama,” sambung pemain Tim Nasional era 1994 itu.

Di musim perdananya tahun 1990, Gajah Mungkur Muriatama bermain di Divisi I Galatama. Saat itu kompetisi Galatama dibagi dalam dua level yakni Divisi I dan Divisi Utama. Divisi I Galatama saat itu hanya dihuni delapan tim, di antaranya Bentoel Galatama (Jember), Gelora Dewata 89 (Denpasar), Putra Mahakam (Samarinda), Bogor Jaya (Bogor), Aceh Putra Galatama (Lhokseumawe), Assyabaab (Surabaya), dan Gajah Mungkur Muriatama (Kudus).
Saat itu, Gajah Mungkur Muriatama memakai Stadion Wergu Wetan Kudus sebagai kandang. Karena dua lapangan di Wonogiri yang biasa digunakan pemain PS Gajah Mungkur berlatih dinilai tidak memenuhi kelayakan untuk mengikuti kompetisi.
’’Saat itu Wonogiri belum memiliki stadion sepak bola. Sukun kemudian mengajukan sewa kelola lapangan Wergu Wetan selama 25 tahun,’’ kata Hasbullah, mantan bek Gajah Mungkur Muriatama.
Untuk keperluan mengikuti kompetisi, lanjut Hasbullah, Sukun kemudian membangun tribun penonton di sisi timur dan barat lapangan serta pagar dinding sekeliling lapangan. Selain itu juga dibangun ruangan untuk mess pemain di bawah tribun barat. Bantuan Sukun tersebut kemudian dikompensasikan dalam bentuk sewa kelola Stadion Wergu Wetan selama 25 tahun. (Bersambung: )
Tim Liputan Khusus
https://www.youtube.com/watch?v=EUpKUwFRd_k