Di Pati, Berlatih Panahan Tradisional Sambil Ngabuburit Menunggu Magrib
Umar Hanafi
Senin, 18 April 2022 18:40:22
MURIANEWS, Pati - Belasan anak-anak usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) fokus membidik target yang jaraknya sekitar 10 meter di Lapangan SMPN 2 Pati, baru-baru ini. Mereka asyik menunggu waktu berbuka alias ngabuburit sambil olahraga Jemparingan (panahan) Mataraman.
Selain anak-anak itu, beberapa orang dewasa juga ikut serta membidik target. Uniknya, target yang digunakan bukan seperti target olimpic. Target yang digunakan adalah bandulan dengan ukuran 20×3 cm.
Mereka tergabung dalam kelompok Cendekia Archery Team (CAT) Pati. Dengan menggandeng Jemparing Pesantenan Pati (JPP), mereka mengenalkan olaraga tradisional memanah kepada kawula muda.
"Sebenarnya kita panahan prestasi, tetapi kami juga edukasikan kepada anak-anak soal Jemparingan Mataraman," ujar Ketua CAT Muhammad Nur Huda.
BACA JUGA: Andalkan Atlet Lokal, Cabor Panahan Kudus Targetkan Empat Emas di Porprov 2023Kegiatan ini dilakukan saban sore hari, terutama di bulan Ramadan ini. Hampir setiap sore mulai pukul 15.30 hingga 16.30 kegiatan ini berlangsung, kecuali hari Minggu sore.
Jemparingan atau panahan Mataraman ini murni menggunakan filling untuk memanah. Tidak ada alat untuk membidik, menyetabilkan busur serta meredam getaran seperti di panahan olimpic. Cara menahan juga berbeda. Bila panahan olimpic dengan berdiri, Jemparingan Mataraman dengan duduk.
"Ini untuk melatih filling dan kekuatannya. Sehingga nanti ketika olimpic tinggal mengkomunikasikan dengan peralatan anak panahnya yang lengkap," ungkap dia.Pihaknya mengenalkan olahraga tradisional ini agar para atlet panahan cilik juga mengenal panahan tradisional asal Jawa. Pihaknya khawatir para atlet tidak mengetahui olahraga asal Kesultanan Mataram ini."Agar anak-anak juga mempunyai panahan tradisi Mataraman. Edukasi ini menjamin kelestarian budaya Jawa. Dikhawatirkan dengan adanya teknologi anak tahunya hanya panah olimpic padahal kita punya tradisi panahan Mataraman," tandas dia.Salah satu atlet panahan cilik, Gendes Maheswari Hartejo, mengaku senang dengan kegiatan ini. Siswa kelas 4 SDN Pati ini baru pertama kali mencoba Jemparingan Mataraman"Saya kenal panahan sejak kelas 1 karena menyenangkan. Baru kali ini Jemparingan Mataraman. Ini juga menyenangkan," kata dia. Reporter: Umar HanafiEditor: Budi Erje
[caption id="attachment_285470" align="alignleft" width="1280"]

Seorang anak asyik membidik target di Lapangan SMPN 2 Pati, Sabtu (16/4/2022) sore lalu. (MURIANEWS/Umar Hanafi)[/caption]
MURIANEWS, Pati - Belasan anak-anak usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) fokus membidik target yang jaraknya sekitar 10 meter di Lapangan SMPN 2 Pati, baru-baru ini. Mereka asyik menunggu waktu berbuka alias ngabuburit sambil olahraga Jemparingan (panahan) Mataraman.
Selain anak-anak itu, beberapa orang dewasa juga ikut serta membidik target. Uniknya, target yang digunakan bukan seperti target olimpic. Target yang digunakan adalah bandulan dengan ukuran 20×3 cm.
Mereka tergabung dalam kelompok Cendekia Archery Team (CAT) Pati. Dengan menggandeng Jemparing Pesantenan Pati (JPP), mereka mengenalkan olaraga tradisional memanah kepada kawula muda.
"Sebenarnya kita panahan prestasi, tetapi kami juga edukasikan kepada anak-anak soal Jemparingan Mataraman," ujar Ketua CAT Muhammad Nur Huda.
BACA JUGA: Andalkan Atlet Lokal, Cabor Panahan Kudus Targetkan Empat Emas di Porprov 2023
Kegiatan ini dilakukan saban sore hari, terutama di bulan Ramadan ini. Hampir setiap sore mulai pukul 15.30 hingga 16.30 kegiatan ini berlangsung, kecuali hari Minggu sore.
Jemparingan atau panahan Mataraman ini murni menggunakan filling untuk memanah. Tidak ada alat untuk membidik, menyetabilkan busur serta meredam getaran seperti di panahan olimpic. Cara menahan juga berbeda. Bila panahan olimpic dengan berdiri, Jemparingan Mataraman dengan duduk.
"Ini untuk melatih filling dan kekuatannya. Sehingga nanti ketika olimpic tinggal mengkomunikasikan dengan peralatan anak panahnya yang lengkap," ungkap dia.
Pihaknya mengenalkan olahraga tradisional ini agar para atlet panahan cilik juga mengenal panahan tradisional asal Jawa. Pihaknya khawatir para atlet tidak mengetahui olahraga asal Kesultanan Mataram ini.
"Agar anak-anak juga mempunyai panahan tradisi Mataraman. Edukasi ini menjamin kelestarian budaya Jawa. Dikhawatirkan dengan adanya teknologi anak tahunya hanya panah olimpic padahal kita punya tradisi panahan Mataraman," tandas dia.
Salah satu atlet panahan cilik, Gendes Maheswari Hartejo, mengaku senang dengan kegiatan ini. Siswa kelas 4 SDN Pati ini baru pertama kali mencoba Jemparingan Mataraman
"Saya kenal panahan sejak kelas 1 karena menyenangkan. Baru kali ini Jemparingan Mataraman. Ini juga menyenangkan," kata dia.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Budi Erje