Damar-sapaan Tri Damar Ghufron mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari memimpin laga EPA. Sebab, sebelum ini laga yang dipimpinya hanya sebatas di tingkat kabupaten dan provinsi saja.
Namun, setelah mengantongi lisensi C1, dia dapat memimpin laga di level nasional seperti EPA. Tugas menjadi wasit tengah itu diembannya sejak April 2019 hingga Oktober 2019 silam.
"Tiap pekan pindah-pindah saya tugasnya. Ada yang di Sleman, Lamongan, Bandung, Solo, dan Jogja," katanya, Senin (1/11/2021).
Selain menjadi pengalaman yang berharga, di EPA itu dia mendapatkan banyak pelajaran. Menurutnya, laga EPA walaupun kategori kompetisi kelompok umur, justru dikelola lebih bagus.
"Ada TM nya juga yang diikuti oleh kedua klub dan juga diikuti wasit. Jadi seragam tim yang bertanding tidak bakal tertukar. Kalau TM semacam ini di laga tingkat kabupaten kan tidak ada," terangnya.Selain itu, dia juga dapat sharing bersama rekan sesama wasit selama memimpin laga EPA. Obrolan seputar Law of The Game dari olahraga sepak bola juga banyak didapatnya.Pria lulusan S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga Unnes itu mengaku tetap akan fokus menjalani karir sebagai seorang wasit. Saat ini dia rutin menjaga kebugaran dengan jogging minimal 30 menit. Latihan itu dijalaninya empat sampai lima kali dalam sepekan."Ke depannya tetap akan fokus untuk menjalani karir sebagai seorang wasit. Karena sudah terlanjur nyaman menjalani karir sebagai wasit," imbuhnya.Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Budi erje
[caption id="attachment_250169" align="alignnone" width="1920"]

Wasit asal Kudus, Tri Damar Ghufron memimpin laga Persiku di Stadion Wergu Wetan, Kudus.(MURIANEWS/Vega Ma'arjil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Wasit asal Kudus, Tri Damar Ghufron berkesempatan memimpin laga Elite Pro Academy (EPA) U16, U18, dan U20 pada 2019 silam. Pengalaman itu menjadi yang pertama bagi karir Kewasitannya.
Damar-sapaan Tri Damar Ghufron mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari memimpin laga EPA. Sebab, sebelum ini laga yang dipimpinya hanya sebatas di tingkat kabupaten dan provinsi saja.
Namun, setelah mengantongi lisensi C1, dia dapat memimpin laga di level nasional seperti EPA. Tugas menjadi wasit tengah itu diembannya sejak April 2019 hingga Oktober 2019 silam.
"Tiap pekan pindah-pindah saya tugasnya. Ada yang di Sleman, Lamongan, Bandung, Solo, dan Jogja," katanya, Senin (1/11/2021).
BACA JUGA: Qomarul Lailah, dari Guru SD Menjadi Wasit Badminton di Olimpiade Tokyo 2020
Selain menjadi pengalaman yang berharga, di EPA itu dia mendapatkan banyak pelajaran. Menurutnya, laga EPA walaupun kategori kompetisi kelompok umur, justru dikelola lebih bagus.
"Ada TM nya juga yang diikuti oleh kedua klub dan juga diikuti wasit. Jadi seragam tim yang bertanding tidak bakal tertukar. Kalau TM semacam ini di laga tingkat kabupaten kan tidak ada," terangnya.
Selain itu, dia juga dapat sharing bersama rekan sesama wasit selama memimpin laga EPA. Obrolan seputar Law of The Game dari olahraga sepak bola juga banyak didapatnya.
Pria lulusan S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga Unnes itu mengaku tetap akan fokus menjalani karir sebagai seorang wasit. Saat ini dia rutin menjaga kebugaran dengan jogging minimal 30 menit. Latihan itu dijalaninya empat sampai lima kali dalam sepekan.
"Ke depannya tetap akan fokus untuk menjalani karir sebagai seorang wasit. Karena sudah terlanjur nyaman menjalani karir sebagai wasit," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Budi erje