Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Beragam cara dilakukan pebulutangkis Indonesia untuk menaklukkan lawannya. Seperti yang dilakukan oleh legenda bulutangkis Indonesia, Hariyanto Arbi.

Hariyanto Arbi merupakan pebulutangkis Indonesia jebolan PB Djarum. Beragam prestasi diukirnya, yakni mengantarkan Indonesia juara empat kali Piala Thomas 1994, 1996, 1998, dan 2000.
Hariyanto Arbi juga membawa Indonesia dua kali juara All England di tahun 1993 dan 1994. Semasa aktif menjadi atlet, pemain ini memiliki julukan ‘Smash 100 Watt’.

Di balik prestasinya itu, pria kelahiran 21 Januari 1972 itu memiliki kebiasaan mencatat kelemahan lawannya. Hal itu dilakukannya di hampir sepanjang karirnya.

"Saya punya kebiasaan mencatat kelemahan lawan, menonton video lawan, dan kemudian saya visualisasikan di lapangan," katanya, Senin (31/10/2022).

Hariyanto Arbi membeberkan kisahnya itu kepada Murianews. Menurutnya kebiasaan itu rutin dilakukannya setiap selesai pertandingan.

"Lawannya kan paling ya itu-itu saja. Tinggal dilihat lagi catatannya. Kebiasaan ini sudah saya lakukan saat masih di PB Djarum sampai di Pelatnas di tahun 1984," terangnya.

Dari kebiasaan mencatat itu, pihaknya mengetahui kelebihan dan kelemahan lawan. Dari pengalamannya mencatat itu dapat dikatakan 70 persen benar.

"Walaupun di lapangan mungkin ada perubahan-perubahan. Tetapi pasti ada waktunya polanya kembali lagi, karena itu kan sudah kebiasaan," ujar dia.
Peraih juara Thomas Cup 1994 itu menjelaskan, lawan yang memiliki kebiasaan netting lurus, akan sering melakukan netting secara lurus. Meski ada kemungkinan melakukan netting silang, menurutnya nanti akan kembali ke netting lurus lagi.BACA JUGA: Kisah Pilu Yuni Kartika, Hingga Keluar Pelatnas Saat Masih Rangking 10 DuniaArbi membeberkan, mencatat kelemahan lawan itu diajarkan oleh pelatihnya saat itu, Basri Yusuf. Saat ini, Basri Yusuf menjabat sebagai Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Tengah."Awalnya dari pak Basri. Beliau mengajarkan untuk mencatat kelemahan lawan. Kemudian berkelanjutan dari pelatih yang satu ke pelatih lainnya sampai saya masuk Pelatnas," ungkapnya.Arbi menambahkan, saat itu dia belum mengetahui kebiasaan mencatat tergolong bagian sport science. Meski begitu dia merasa hal tersebut tergolong bermanfaat baginya selama menjadi atlet bulutangkis."Mungkin bedanya dengan saat ini sport sciencenya lebih modern. Kalau mencatat secara manual itu kan sebisanya ya, yang penting paham. Tetapi kalau sekarang sport sciencenya lebih modern," pungkasnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Budi Santoso

Baca Juga

Komentar

Terpopuler